Monthly Archives: Desember 2009

Warisan Budaya Lampung

1. Arsitektur Tradisonal Lampung

Umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal (lamban, nuwou), tempat ibadah, tempat penyimpanan bahan makanan/ padi (balai, walai).
Masyarakat Lampung mengenal berbagai musyawarah adat disebut sesat atau bantaian.
Bangunan sesat berbentuk persegi panjang dan bertiang punggung, mempunyai tangga (ijan) yang disebut Titian Kuya. Pembagian ruang terdiri dari anjung atau serambi, gajah merem sebagai tempat istirahat Penyimbang dan Pusiban tempat musyawarah adat.
Pepadun dan Sesako adalah perangkat kursi kebesaran yang digunakan dalam upacara Cakak Pepadun, yaitu pengangkatan seorang kepala marga pada suku Lampung beradat pepadun. Sesako merupakan sandaran dari pepadun tempat duduk dimana calon kepala marga/ Penyimbang duduk. Upacara cakak pepadun diadakan di dalam balai adat (sesat).
Motif yang terdapat pada sesako adalah binatang berkaki empat, naga, pucuk rebung, dan bunga. Di dalam sesat, pepadun miliki seseorang tidak boleh diduduki oleh orang lain.

2. Pekinangan

Kebiasaan makan sirih telah dikenal bangsa Indonesia sejak lama. Pertumbuhan sikap hidup senantiasa berubah, demikian pula budaya makan sirih atau menginang, akhirnya memiliki berbagai fungsi antara lain fungsi sosial masyarakat, fungsi medis, fungsi kepercayaan.

3. Kain Kapal

Sebagai kain tenun Lampung mempunyai motif hias berkaitan dengan simbol-simbol yang menggambarkan dunia kemaritiman dan hubungan kekerabatan antar kelompok-kelompok masyarakat pesisir. Motif kapal diibaratkan sebagai perjalanan hidup manusia sejak lahir. Kemudian memasuki masa dewasa, pernikahan, dan kematian sebagai suatu gerak yang selalu dialami oleh setiap manusia.

4. Kain Inuh

Dibuat dengan teknik tenun pakan lungsi dari bahan benang kapasm benang sutra, dan serat nanas yang dikenakan oleh kaum perempuan pada acara adat Lampung Saibatin.
Ragam hias pada lajur horizontal dipenuhi dengan motif gelombang, makhluk lain seperti teripang dan tunas sulur daun, sebagai simbol kesuburan dan tunas sulur daun sebagai simbol kesuburan dan keuletan. Diperkirakan berasal dari abad ke-19 masehi. Pada saat ini kain Inuh sudah tidak diproduksi lagi oleh masyarakat Lampung karena sudah dikenal cara pembuatannya oleh generasi sekarang.

Seghuit

Gham seunyini kak pandai tettang kanikan tradisionil suku Lappung, iyulah seghuit sinji digeghingi sapa gawoh, sanak-sanak, megana, muli, emak-ema, apak-apak ghik hulun tuha. Api sebabni? Sebab kanikan sinji dapok ngeghatongko ghasa bangik mengan, apilagi lamun mawas di waktu gham lagi betoh. Ganta di mahan-mahan pok jualan kanikan nyediako kanikan sinji.
Kandungan gizini sebanding jama pak sihat, sai terdiri anjak kan/ mi, gegulaian, sambol, bebuwahan, ghik iwa. Lamun dibandingko jama makanan siap saji sai lagi ngetop, seghuit sinji lebih sihat sebab mak ngedok bahan kimiani, segar ghik alami.
Ghik-ghik haga nyuba ghepa caghani ngeguwai seruit? Ina gappang nihan, peghatiko hal-hal dibawah sinji:

Porsi 5 jelma

1. Bahan-bahan
 Cabi balak 100 gram
 Cabi lunik 0,25 gram
 Tiyung Melaka atau tomat 100 gram
 Bawang suluh 4 siung
 Dilan 1 biji
 Limau sate 3 buah
 Iwa secukupni dapok iwa patin, mas, kembung, kalang, tukkul, lamon sai baghihni lagi.
 Gegulaian (selada, kol, kemangi, tiyung, leppang, bulung kikim sai ghadu dipajak, bulung gedang, hayum) secukupni
 Mi/kan 1 kg

2. Cagha nyani/ ngeguwaini
 Kan/ mi dimasak gegoh biasani
 Gegulaian dipajak kecuali kol, slada, leppang, tiyung lalap
 Cabi balak, cabi lunik ghik 4 siung bawang suluh digiling halus
 Kughukko tiyung Melaka, digiling halus
 Peres jeruk sate dikughukko di gilingan cabi, tiyung Melaka jeno
 Sajiko di lom keadaan kan/ mi lagi handop
 Dapok ditambah jama kanikan baghih sesuai jama kegeghingan/ kedemonan gham pesayan/ tenggalan.

Dilom nikmati kanikan sinji bangikni diguwai jejama, Sebab jejama ina dapok lebih ningkatko silaturahmi, saling begugahau, ghik hati jadi senang.

(sumber:A.Md, warsiyem, dkk. Hanggum Bubahasa Lampung. Bandar Lampung. Gunung Pesagi)

Pertemuan di Akhir Tahun 2009

Waktu terus bergulir, tidak terasa tahun 2009 akan meninggalkan kita. Pertemuan terakhir di tahun ini di adakan di Asrama Putri Mahasiswa Lampung. Bertempat di Halimun, SIKAM LAMPUNG UNJ mengawali perjalanan dari kampus UNJ tepat pukul 10.00 WIB.

Sesampai di Asrama Putri, kami disambut oleh para penghuni asrama dan juga ketua Asrama Putri, mb.Eni

Teman-teman SIKAM LAMPUNG UNJ yang hadir adalah: Astri, Amel, Agphin, Cahyo, Uli, Ira, Ambar, Dwi, Intan, Rosma, Virzha, Pipin, mb.Anti. Teman-teman yang lain berhalangan hadir karena agenda yang begitu padat. Di pertemuan kali ini, membahas tentang persiapan BEKAM (bedah kampus) yang rencananya akan dilaksanakan bulan Januari, selain itu kami pun membahas tentang acara yang rencananya akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan akan dihadiri oleh sekitar 1000 masyarakat Lampung yang berdomisili di Jakarta.
SIKAM LAMPUNG UNJ juga berencana untuk membuka stan di acara tersebut, di stan tersebut kita dapat menjual kerajinan khas lampung, seperti tapis, dan juga makanan khas lampung, seperti kripik pisang, kemplang, segubal, dan lain sebagainya.
Luar biasa sekali jika rencana ini dapat terlaksana, karena selain mendapatkan pengalaman, SIKAM LAMPUNG UNJ juga bisa mendapatkan profit.

Tak kalah menariknya, di pertemuan ini kami mengadakan tukar kado, yang baru pertama kali ini dilakukan, sungguh seru sekali, karena saling bertukar kado kita dapat meningkatkan rasa kekeluargaan antar anggota SIKAM LAMPUNG UNJ.

Mudah-mudahan semua yang kami rencanakan hari ini dapat terlaksana dan mendapatkan ridho Alloh Subhana wa ta’ala, amin..

Kaccil Jadi Hakim*

Suatu ketika ngedok ghagah tuha lapah beguluk liyu dipulah ulah haga sholat Jumat.
Di tengan pulan, ia tungga kumbaok kena pinja. Kumbaok kilu tulung jama ghagah jeno. Ulah lemot hati, ghagah tuha ina ngelupukko kumbok anjak pina. Ghupani seghadu kumbak jeno lupuk, ia lain beteghima kasih malah ngalau ghagah tuha sai nulungni. Ghagah tuha sai nulungni haga ditekopni. Peghistiwa ina diliak kaccil. Kaccil laju ngelulih kumbok.
“Ulah api niku haga nungkop ghagah tuha sai nulung niku?”, cawa kaccil. Kumbok laju beceghita.
“Mangi jelas, cuba peghaktikko gegoah api sai setemonni”, cawa kaccil.
Kumbok kughuk pinja luwot. Seghadu kumbok kughuk, kaccil cawa jama ghgah tuha jeno, “Gatta, lajuko lapahan puskam, mak peghlu nulung ulun sai mak pandai ngebalos budi. Niku kumbok, tunggu juga buah kelakuanmu!” cawa kaccil suwa ia lijung anjak san.

TERJEMAHAN BEBAS

Kancil Menjadi Hakim

Suatu ketika ada orang tua yang berjalan terburu-buru karena akan sholat Jumat.
Di tengah jalan, ia menemukan seekor harimau terkena jeratan. Harimau itu minta tolong kepada orang tua itu. Karena baik hati, orang tua itu melepaskan harimau dari jeratan. Rupanya setelah harimau itu lepas, ia tidak berterima kasih, kan tetapi malah mengancam orang tua yang menolongnya. Orang tua itu mau dimakannya. Peristiwa ini dilihat kancil. Kancil ingin menjebak Harimau.
“Mengapa kamu mau menangkap orang tua yang menolong kamu?”, kata kancil. Harimau lalu bercerita.
“Tidak jelas, coba praktekkan seperti apa yang sebenarnya”, kata kancil.
Harimau lalu masuk ke dalam jeratan. Setelah harimau masuk, kancil berkata kepada orang tua itu, “Sekarang lanjutkan perjalanan kamu, tidak perlu menolong orang yang tidak bias membalas budi. Kamu harimau, tunggu juga akibat kelakuanmu!”, kata kancil sambil pergi dari sana.

(*sebuah cerita rakyat Lampung berdasarkan fiksi yang mengandung makna budi pekerti)